Pulau ini terletak di
dekat Pulau Parang yang juga masih termasuk dalam gugusan pulau di perairan
Laut Jawa. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju pulau ini dari Pulau Parang
hanyalah 3 menit dengan menggunakan kapal wisata. Jika Anda dari pulau utama,
yaitu dari Pulau Karimunjawa, agak lumayan jauh, sebab harus menempuh waktu
selama 2 jam perjalanan.Tepatnya terletak di Bujur 110o13'58" S.D
110o14'17" BT, Garis Lintang 5o46'10" S.D 5o46'25" LS, dengan
luas pulau ini adalah 12.5 hektar. Pulau ini memiliki pantai berpasir putih
yang luas, serta banyak sekali ditemui pohon kelapa di pulau yang berlokasi di
sebelah Barat Pulau Karimunjawa ini.
Di pulau ini terapat
padang lamun yang luas. Lamun merupakan salah satu ekosistem yang berperan
penting dalam kehidupan di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
struktur komunitas lamun di Perairan Pulau Kumbang Karimunjawa. Pengamatan
lamun di lapangan meliputi identifikasi jenis-jenis lamun, menghitung jumlah
individu/tegakan, presentase penutupan dari masing-masing jenis/spesies pada
transek. Persen penutupan lamun diamati dengan menggunakan transek kuadrat
ukuran 1 x 1 m pada hamparan lamun. Transek ini dibagi menjadi 25 buah kisi
ukuran 20 cm2. Satu tegakan lamun merupakan suatu kumpulan dari beberapa daun
yang pangkalnya menyatu. Jumlah tegakan diamati langsung dengan visual. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Komunitas lamun di perairan kawasan Pulau Parang,
Karimunjawa, tergolong komunitas campuran (mixed community) yang terdiri dari
1–5 jenis lamun. Telah ditemukan 6 jenis lamun, yaitu Thalassia hemprichii,
Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halodule pinifolia, Halodule uninervis dan
Halophila ovali di perairan Pulau Kumbang, C. serrulata hanya ditemukan pada
saat sampling ke dua bulan September 2012. Pada sampling pendahuluan (Juni
2012), jumlah kerapatan jenis lamun (Tegakan/m²) T. hemprichii merupakan yang
tertinggi (77.11) sedangkan yang terendah adalah H. pinifolia (0.56). pada
sampling kedua, H. uninervis lebih tinggi dari pada T. hemprichii. Frekuensi
jenis lamun pada sampling bulan Juni dan september 2012 yang menunjukkan nilai
0-15,67 dan 0-16 dengan T. hemprichii ditemukan lebih sering dari pada jenis
lamun yang lain pada kedua waktu sampling. Penutupan spesies lamun (%/m2) pada
sampling bulan Juni dan September 2012 menunjukkan nilai 0,11–15.67 dan
0-29.29. Thalassia hemprichii dan Halodule uninervis mempunyai rata-rata
penutupan yang tertinggi masing-masing pada sampling September dan Juni 2012.
Penutupan lamun
berhubungan erat dengan habitat atau
bentuk morfologi dan
ukuran suatu spesies lamun.
Kerapatan yang tinggi
dan kondisi pasang surut saat
pengamatan juga dapat mempengaruhi nilai estimasi penutupan
lamun. Satu individu Enhalus acoroides
akan memiliki nilai penutupan yang
lebih tinggi dibandingkan
dengan satu individu Halodule
uninervis karena ukuran daun Enhalus yang
jauh lebih besar.
Sedangkan individu lamun yang
berukuran lebih kecil
seperti Halophila minor akan memiliki nilai persentase penutupan yang
lebih kecil pula (Short dan Coles, 2001). Pada Tabel 3, 6 dan Gambar
7 dapat dilihat
persen penutupan lamun di
perairan Pulau Parang.
Kisaran penutupan lamun pada
sampling pertama adalah 0 -14 %/m² dan 0,56-13,05%/ m² pada sampling ke
dua. Thalassia hemprichii mempunyai
persentase penutupan tertinggi pada
sampling bulan Juni
dan Halodule uninervis pada sampling
bulan September. Perbedaan jumlah tegakan,
frekuensi serta persen penutupan
lamun antara bulan
Juni dengan bulan September umunya
disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor kualitas air dan faktor dari aktivitas manusia.
Den Hartog (1970);
Herkul dan Kotta (2009)
menyatakan bahwa laju
pertumbuhan dan persebaran padang
lamun di perairan dipengaruhi oleh suhu, salinitas, substrat, kecepatan
arus dan
derajat keasaman (pH).
Sebagai contoh, salinitas normal
yang masih mampu
ditolerir oleh lamun ada
pada kisaran 10–40
ppt dan optimun pada
salinitas 35 ppt.
Kerapatan di pulau
Kumbang pada bulan juni didominasi oleh
Thalassia hemprichiinamun pada bulan september justru dipengaruhi oleh Halodule uninervis.
Pada data kualitas
air salinitas menurun dibulan
september saat sampling dilakukan, sehingga
dimungkinkan fluktuasi salinitas
tersebut tidak dapat ditolelir oleh
lamun jenis Thalassia hemprichii, sehingga
kerapatannya menurun. Menurut Gilanders
(2006) dan Herkul
dan Kotta (2009) bahwa
penurunan salinitas akan
akan menurunkan kemampuan lamun
dalam melakukann fotosintesis. Salinitas
juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas primer,
kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih. Terpenting, Kerapatan semakin meningkat
dengan meningkatnya salinitas Kondisi
perairan merupakan faktor
penting dalam kelangsungan kehidupan biota atau organisme di suatu
perairan laut. Kondisi
perairan sangat menentukan kelimpahan
dan penyebaran organisme di
dalamnya, akan tetapi
setiap organisme memiliki kebutuhan dan
preferensi lingkungan yang
berbeda untuk hidup yang terkait dengan
karakteristik lingkungannya
(Tomascick et al.,
1997). Kondisi perairan di
suatu ekosistem meliputi
salinitas, pH, suhu, DO,
kecerahan, BOT air,
ammonium, nitrat, nitrit, dan
orthophospat.
Referensi :
Rasakan Sensasi Memiliki Pulau Pribadi Di Pulau
Kumbang Karimunjawa.http://panduanwisata.id/2013/03/02/rasakan-sensasi-memiliki-pulau-pribadi-di-pulau-kumbang-karimunjawa/
diakses pada tanggal 15 Maret 2015
Struktur
Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau Kumbang, Kepulauan Karimunjawa
(Seagrass Community Structure of Kumbang Waters-Karimunjawa Islands). http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ijms/article/view/5136
diakses pada tanggal 15 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar